TARIK
BATU KUBUR , SUMBA
Kebudayaan di Indonesia sangatlah beragam . Salah
satunya yaitu Tarik Batu Kubur di Pulau Sumba.
Pulau Sumba adalah salah satu pulau di kepulauan NTT. Masyarakat Sumba secara rasial merupakan campuran dari ras Mongoloid dan Melanesoid. Sebagian besar
penduduknya menganut kepercayaan animisme Marapu dan agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik. Kaum muslim dalam jumlah kecil
dapat ditemukan di sepanjang kawasan pesisir. Sebelum kedatangan
agama-agama dunia ke Pulau Sumba, seluruh warga pulau ini menganut agama Marapu, yaitu agama lokal dengan basis
pemujaan terhadap leluhur.
Upacara
kubur batu merupakan manifestasi dari agama Marapu
yang paling kentara, di mana orang yang meninggal diupacarai dengan maksud
agar si arwah dapat melenggang menuju parai
Marapu, yaitu tempat ideal setelah kematian di mana arwah para leluhur
tinggal. Upacara kubur batu menarik untuk dikaji tidak hanya karena ritual ini
diyakini sebagai peninggalan zaman megalitik, tetapi juga karena dalam upacara
ini orang Sumba menunjukkan kebaktian mereka terhadap leluhur dengan jalan
menghimpun modal kapital, sosial, dan kultural yang mereka miliki.
Kepercayaan
Maramu adalah agama yang dianut oleh masyarakat Sumba. Pemujaan pada nenek
moyang dan leluhur di dunia Surga Maramu Pray. Roh nenek moyang menghadiri
upacara penguburan , roh hewan untuk nenek moyang dan daging untuk yang hidup.
Roh akan paling utama Mamulu tahu Macitahu . Roh akan jadi penghuni bali Maramu
/ surge Hamamu ( jiwa semngat ), dan roh suci. Upacara Tarik Batu Kubur memperlihatkan status sosila orang terkenal.
Upacara tersebut menggunakan modal kapital yang besar sehingga tidak sembarang
semua orang dapat melakukan upacara Tarik kubur batu. Upacara dipersiapkan saat
hidup, disiapkan 1 hari sebelum, dengan membuat tenar atau kuda-kuda yang
dipenuhi kain sumba tridib. Upacara Tarik Kubur Batu akan dipimpin oleh Bapak Awatu
yang bertaggung jawab memimpin dan mengontrol jalannya upacara.
Upacara
Tarik Batu Kubur masyarakat Sumba menunjukkan bahwa arwah adalah mediator orang
hidup dengan penciptanya. Upacara ini dalah warisan budaya Indonesia yang perlu
kita jaga kelestariannya.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar